BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
sebuah organisasi mempunyai budaya masing-masing. Ini
menjadi salah satu pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
Budaya sebuah organisasi ada yang sesuai dengan anggota atau karyawan baru, ada
juga yang tidak sesuai sehingga seorang anggota baru atau karyawan yang tidak
sesuai dengan budaya organisasi tersebut harus dapat menyesuaikan kalau dia
ingin bertahan di organisasi tersebut.
Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi
menjadi terkenal dan bertahan lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya
organisasi dapat menjadi pendukung organisasi itu. Ada budaya organisasi yang
tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Maksudnya tidak dapat menyocokkan diri
dengan lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi organisasi itu tidak mau menyesuaikan
budaya nya dengan perkembangan zaman karena dia merasa paling benar.
Dalam keadaan inilah karyawan tidak akan mendapatkan
kepuasan kerja. Memang banyak faktor lain yang menyebabkan karyawan tidak
memperoleh kepuasan kerja, tapi faktor budaya organisasi merupakan faktor yang
utama.
Lion air adalah salah satu organanisasi yang besar di
Indonesia. Cabangnya pasti ada di semua bandara yang digunakan untuk
penerbangan umum. Anggota atau pegawainya pun pasti banyak. karena budaya
organisasinya besar tentu budaya organisasinya sangat bagus sehingga samapi
sekarang lion air masih terkenal di Indonesia.
Disini saya ingin tahu bagaimana budaya organisasi
lion air itu sebenarnya dan tanggapan pegawai serta kepuasan kerja pegawainya
dengan budaya yang di anut oleh lion air.
1.2 Identifikasi
Masalah
berdasarkan latar belakang diatas, penulis
mengidentefikasi masalah sebagai berikut :
1. bagaiamana
budaya organisasi lion air?
2. Bagaiamana
kepuasan kerja pegawai dengan budaya organisasi yang ada?
1.3 Tujuan dan
Manfaat
a.
Tujuan
dibuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas budaya organisasi. Selain itu
makalah ini bertujuan untuk membandingkan antara baik dan buruknya suatu
organisasi. Membandingkan dalam arti tidak mengatakan suatu organisasi itu baik
atau tidak baik, tapi dijadikan sebagai pedoman bagi para pembaca jika ingin
membuat suatu organisasi.
b. Manfaat
makalah ini adalah memenuhi tugas budaya organisasi dan menjadi pedoman bagi
seseorang jika ingin bergabung dengan suatu organisasi atau bahkan mendirikan
sebuah organisasi yang baik dan dapat bertahan lama.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Budaya
Organisasi
a.
Budaya
Budaya adalah salah satu dasar dari
asumsi untuk mempelajari dan memecahkan suatu masalah yang ada didalam sebuah
kelompok baik itu masalah internal maupun eksternal yang sudah cukup baik
dijadikan bahan pertimbangan dan untuk diajarkan atau diwariskan kepada anggota
baru sebagai jalan yang terbaik untuk berpikir dan merasakan didalam suatu
hubungan permasalahan tersebut.
b.
Organisasi
Menurut dimock Organisasi
adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling berkaitan
untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat mengenai kewenangan, koordinasi dan
pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Herbert G Hicks Organisasi
adalah proses yang terstruktur dimana orang-orang berinteraksi untuk mencapai
tujuan
Menurut Mc Farland Organisasi
adalah suatu kelompok manusia yang dapat dikenal yang menyumbangkan usahanya
terhadap tercapainya suatu tujuan.
Jadi, organisasi itu adalah
sekumpulan orang yang terstruktur secara sistematis yang berfingsi untuk
mencapai suatu tujuan.
c.
Budaya
Organisasi
Menurut Para Ahli
Menurut Susanto Budaya organisasi
adalah nilai-nilai yang menjadi pedoman sember daya manusia untuk menghadapi
permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan
sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada
dan bagaimana mereka harus bertingkah laku atau berprilaku.
Menurut Robbins Budaya organisasi
adalah suatu system makna bersama yang dianut oelh anggota-anggota yang
membedakan organisasi tersebut dengan yang lain.
Menurut Gareth R. Jones Budaya
organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota
organisasi, suatu system dari makna bersama.
Jadi budaya organisasi itu adalah
suatu budaya yang dianut oleh suatu organisasi dan itu menjadi pembeda antara
satu organisasi dengan organisasi yang lain.
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala
sesuatu yang ada di sebuah organisasi saat ini
merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan seberapa
besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada
sumber tertinggi budaya sebuah organisasi: para pendirinya.
Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki
pengaruh besar terhadap budaya awal organisasi tersebut. Pendiri organisasi
tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya
mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri memaksakan visi
mereka pada seluruh anggota organisasi. Proses penyiptaan budaya terjadi dalam
tiga cara. Pertama, pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran dan seperasaan dengan
mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan cara
pikir dan berperilakunya kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendiri sendiri
bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi
diri dan, dengan demikian, menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi
pendiri tersebut. Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu
dipandang sebagai faktor penentu utama keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat
dalam budaya organisasi.
Karakteristik
budaya organisasi
Inovasi dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong untuk
bersikap inovatif dan berani mengambil risiko.
- Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, d perhatian pada hal-hal detail.
- Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
- Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
- Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang pada indvidu-individu.
- Keagresifan. Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
Stabilitas. Sejauh mana
kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo
dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.
Nilai dominan dan subbudaya organisasi
Budaya organisasi mewakili sebuah persepsi yang sama dari para anggota organisasi
atau dengan kata lain, budaya adalah sebuah sistem makna bersama. Karena itu,
harapan yang dibangun dari sini adalah bahwa individu-individu yang memiliki latar belakang
yang berbeda atau berada di tingkatan yang tidak sama dalam organisasi akan
memahami budaya organisasi dengan pengertian yang serupa.
Sebagian besar organisasi memiliki budaya dominan dan banyak subbudaya. Sebuah
budaya dominan mengungkapkan nilai-nilai inti yang dimiliki bersama oleh
mayoritas anggota organisasi. Ketika berbicara tentang budaya sebuah organisasi, hal tersebut merujuk
pada budaya dominannya, jadi inilah pandangan makro terhadap budaya yang
memberikan kepribadian
tersendiri dalam organisasi. Subbudaya
cenderung berkembang di dalam organisasi besar untuk merefleksikan masalah, situasi, atau pengalaman yang sama
yang dihadapi para anggota. Subbudaya mencakup nilai-nilai inti dari budaya
dominan ditambah nilai-nilai tambahan yang unik.
Jika organisasi tidak memiliki
budaya dominan dan hanya tersusun atas banyak subbudaya, nilai budaya
organisasi sebagai sebuah variabel independen akan berkurang secara
signifikan karena tidak akan ada keseragaman penafsiran mengenai apa yang
merupakan perilaku semestinya dan perilaku yang
tidak semestinya. Aspek makna bersama dari budaya inilah yang menjadikannya
sebagai alat potensial untuk menuntun dan membentuk perilaku. Itulah yang
memungkinkan seseorang untuk mengatakan, misalnya, bahwa budaya Microsoft menghargai keagresifan dan
pengambilan risiko dan selanjutnya menggunakan informasi tersebut untuk lebih
memahami perilaku dari para eksekutif dan karyawan Microsoft. Tetapi, kenyataan
yang tidak dapat diabaikan adalah banyak organisasi juga memiliki berbagai
subbudaya yang bisa memengaruhi perilaku anggotanya.
2.2 Kepuasan
Kerja
Pengertian
Menurut Baron & Byrne ada dua
kelompok faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Faktor pertama yaitu faktor
organisasi yang berisi kebijaksanaan perusahaan dan iklim kerja. Faktor kedua
yaitu faktor individual atau karakteristik karyawan. Pada faktor individual ada
dua predictor penting terhadap kepuasan kerja yaitu status dan senioritas.
Status kerja yang rendah dan pekerjaan yang rutin akan banyak kemungkinan
mendorong karyawan untuk mencari pekerjaan lain, hal itu berarti dua faktor
tersebut dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja dan karyawan yang memiliki
ketertarikan dan tantangan kerja akan lebih merasa puas dengan hasil kerjanya
apabila mereka dapat menyelesaikan dengan maksimal.
Pendekatan Wexley dan Yukl
berpendapat bahwa pekerjaan yang terbaik bagi penelitian-penelitian tentang
kepuasan kerja adalah dengan memperhatikan baik faktor pekerjaan maupun faktor
individunya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu gaji, kondisi kerja,
mutu pengawasan, teman sekerja, jenis pekerjaan, keamanan kerja dan kesempatan
untuk maju serta faktor individu yang berpengaruh adalah kebutuhan-kebutuhan
yang dimilikinya, nilai-nilai yang dianut dan sifat-sifat kepribadian.
Menurut Newstrom bahwa “job
satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employes view their
work”. Kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau tidak mendukung yang
dialami [pegawai] dalam bekerja
Menurut Wexley
dan Yukl : mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels about
his or her job”. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan
dirinya atau pekerjaannya. dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah
perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan
dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan
karier, hubungan dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur
organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya
antara lain berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.
Menurut Taufik Noor Hidayat :
Keadaan emosional
yang menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka.
Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini
dampak dalam sikap positif
karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan
kerjanya.
Stephen
Robins : Kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu sudah
terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan
dengan Pegawai; merupakan sikap umum yang dimiliki oleh Pegawai yang erat
kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah
melakukan sebuah pengorbanan. Apabila dilihat dari pendapat Robin tersebut
terkandung dua dimensi, pertama, kepuasan yang dirasakan
individu yang titik beratnya individu anggota
masyarakat, dimensi lain adalah kepuasan yang merupakan sikap umum yang
dimiliki oleh pegawai.
Menurut Mathis dan Jackson Kepuasan
kerja pada dasarnya adalah keadaan emosi yang positif dari mengevaluasi
pengalaman kerja seseorang
Menurut Robbins Kepuasan kerja
adalah keseluruhan sikap terhadap pekerjaan.
Faktor-Faktor yang Menimbulkan Kepuasan Kerja
Pendapat Ghiselli dan Brown,
mengemukakan adanya lima faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu:
a. Kedudukan (posisi)
Umumnya manusia beranggapan bahwa
seseorang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas
daripada karyawan yang bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Pada beberapa
penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, tetapi justru
perubahan dalam tingkat pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan
kerja.
b. Pangkat (golongan)
b. Pangkat (golongan)
Pada pekerjaan yang mendasarkan
perbedaan tingkat (golongan), sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan
tertentu pada orang yang melakukannya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit
banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan pangkat, dan kebanggaan terhadap
kedudukan yang baru itu akan merubah perilaku dan perasaannya.
c. Umur
Dinyatakan bahwa ada hubungan antara
kepuasan kerja dengan umur karyawan. Umur di antara 25 tahun sampai 34 tahun
dan umur 40 sampai 45 tahun adalah merupakan umur-umur yang bisa menimbulkan
perasaan kurang puas terhadap pekerjaan.
d. Jaminan finansial dan jaminan sosial
Masalah finansial dan jaminan sosial
kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
e. Mutu pengawasan
e. Mutu pengawasan
Hubungan antara karyawan dengan
pihak pimpinan sangat penting artinya dalam menaikkan produktifitas kerja.
Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik
dari pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya
merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja (sense of belonging).
Sedangkan Faktor-faktor yang memberikan kepuasan kerja
menurut Blum (1956) sebagai berikut :
a. Faktor individual, meliputi umur, kesehatan, watak dan harapan.
a. Faktor individual, meliputi umur, kesehatan, watak dan harapan.
b. Faktor sosial, meliputi hubungan kekeluargaan,
pandangan masyarakat, kesempatan berkreasi, kegiatan perserikatan pekerja,
kebebasan berpolitik, dan hubungan kemasyarakatan.
c. Faktor utama dalam pekerjaan, meliputi upah,
pengawasan, ketentraman kerja, kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju. Selain
itu juga penghargaan terhadap kecakapan, hubungan sosial di dalam pekerjaan,
ketepatan dalam menyelesaikan konflik antar manusia, perasaan diperlakukan adil
baik yang menyangkut pribadi maupun tugas.
Gilmer (1966) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja sebagai berikut:
a. Kesempatan untuk maju
Dalam hal ini ada tidaknya
kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja.
b. Keamanan kerja
Faktor ini sering disebut sebagai
penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang
aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja.
c. Gaji
c. Gaji
Gaji
lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang mengekspresikan
kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.
d. Perusahaan dan manajemen
Perusahaan dan manajemen yang baik
adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini
yang menentukan kepuasan kerja karyawan.
e. Pengawasan (Supervise)
Bagi karyawan, supervisor dianggap
sebagai figur ayah dan sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat
berakibat absensi dan turn over.
Atribut yang ada pada pekerjaan
mensyaratkan ketrampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan
tugas akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
g. Kondisi kerja
g. Kondisi kerja
Termasuk di sini adalah kondisi
tempat, ventilasi, penyinaran, kantin dan tempat parkir.
h. Aspek sosial dalam pekerjaan
h. Aspek sosial dalam pekerjaan
Merupakan salah satu sikap yang
sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau
tidak puas dalam kerja.
i. Komunikasi
Komunikasi
yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemen banyak
dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak
atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi
karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
j. Fasilitas
Fasilitas rumah sakit, cuti, dana
pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat
dipenuhi akan menimbulkan rasa puas. As’ad
Penelitian yang dilakukan oleh Caugemi dan Claypool
(1978) menemukan bahwa hal-hal yang menyebabkan rasa puas adalah:
1. Prestasi
2. Penghargaan
3. Kenaikan jabatan
4. Pujian.
Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan
adalah:
1. Kebijaksanaan
perusahaan
2. Supervisor
3. Kondisi
kerja
4. Gaji
Burt mengemukakan pendapatnya
tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja. Adapun
faktor-faktor tersebut adalah:
1. Faktor
hubungan antar karyawan, antara lain:
a.
Hubungan
antara manajer dengan karyawan
b. Faktor fisik
dan kondisi kerja
c.
Hubungan
sosial di antara teman sekerja
d. Emosi dan
situasi kerja
2. Faktor
individual, yaitu yang berhubungan dengan:
a.
Sikap orang
terhadap pekerjaannya
b. Umur orang
sewaktu bekerja
c.
Jenis
kelamin
3. Faktor-faktor
luar (extern), yaitu berhubungan dengan faktor-faktor yang
mendorong karyawan yang berasal dari luar selain dirinya sendiri, yaitu:
mendorong karyawan yang berasal dari luar selain dirinya sendiri, yaitu:
a.Keadaan keluarga karyawan
b.Rekreasi
c. Pendidikan (training, up grading dan sebagainya).
As’ad (2004,p.112).
Berdasarkan indikator yang menimbulkan kepuasan kerja tersebut di atas akan dapat dipahami sikap individu terhadap pekerjaan yang dilakukan. Karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Ini disebabkan adanya perbedaan persepsi pada masing-masing individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya. Oleh karenanya sumber kepuasan seorang karyawan secara subyektif menentukan bagaimana pekerjaan yang dilakukan memuaskan. Meskipun untuk batasan kepuasan kerja ini belum ada keseragaman tetapi yang jelas dapat dikatakan bahwa tidak ada prinsip-prinsip ketetapan kepuasan kerja yang mengikat dari padanya.
2.3 hubungan budaya organisasi dengan kepuasan kerja
Kepuasan kerja akan tinggi bila adanya keselarasan
antara kebutuhan individu dengan budaya organisasi (robbins)
Sebagai contoh organisasi yang tidak memberikan
pengarahan yang baik dan memeberikan imbalan tidak berdasarkan prestasi,
biasanya akan berhasil baik apabila mempekerjakan pegawai yang memiliki
komitmen untuk berprestasi tinggi dan menyukai otonomi dalam pekerjaannya.
(robbins)
BAB III
Pembahasan
1.
Budaya
Organisasi Lion Air
Maskapai penerbangan ini dibentuk
oleh dua kakak beradik. Dengan modal keinginan tinggi, akhirnya pada Oktober
1999, Kusnan dan Rusdi Kirana selaku dua kakak beradik tersebut berhasil
mendaftarkan maskapai penerbangan yang dimilikinya ke badan hukum. Pada saat
itu, maskapai penerbangan ini hanya memiliki satu armada pesawat terbang. Rusdi
Kirana. Kelahiran 17 Agustus 1963 ini mampu menepis segala keraguan dengan
menjadikan Lion Air sebagai salah satu armada terbesar saat ini. Berbekal
pengetahuan menjadi sales agent sebuah biro perjalanan, ia nekad mendirikan
Lion Air. Ia menyebut modalnya saat itu hanya kepercayaan. ""Dari
mana saya punya uang, modal airline itu kan bukan cuma 1-2 milyar? Ini karena
kepercayaan," tegasnya.
Budaya keterbukaan dibangun Lion
Air, Rusdi Kirana sering melakukan pertemuan informal dengan bawahannya dan
meminta ide-ide untuk pengembangan perusahaannya, Gaya dan tingkah laku
keduanya menjadi inspirasi bagi karyawannya dan menjadikannya cerita yang
dibicarakan berulang-ulang diantara karyawannya. Mereka seolah menjadi model
yang dijadikan panutan bersama. Kepedulian terhadap karyawan sangat tinggi dan
tidak terlalu mengedepankan formalitas, ini memperbolehkan sesama karyawan
menikah tanpa ada rasa khawatir akan penyelewengan. Kondisi ini yang memudahkan
kultur terbentuk dengan baik diantara staf Indonesia Lion Air.
Lion Air menggunakan Performanced
Based Culture dalam strategi Sumber daya manusianya, strategi ini
menggunakan prinsip transaksional atau lebih fokus pada strategi hr yang hanya
dilihat pada transaksi saja dan strategi retensi pegawai lebih cenderung dengan
value of money. Terlepas dari baik atau buruknya, Lion Air telah mampu
untuk menerapkan Performance Based Culture dengan baik. Artinya apabila
pegawai tersebut tidak mematuhi target atau perintah maka akan sangat mudah
dikeluarkan dan lebih fokus pada produksi. Pegawai yang produksi lebih akan
diberikan sejumlah nilai (uang) yang lebih.
Lion Air sangat fokus terhadap skill
karyawan dibuktikan dengan membangun fasilitas training dan simulator
untuk pilot dan staffnya, dalam hal rekrutmenpun Lion Air berani untuk membayar
Transfer Fee lebih mahal untuk membajak Pilot-pilot yang berkualitas,
strategi outsourcingpun dilakukan kepada beberapa pekerjaan yang
bersifat core untuk memudahkan retensinya.
Lion Air mengingat keselamatan
adalah hal utama dalam industry dan menjadi kewajiban yang diembankan oleh departemen
perhubungan. Lion Air membentuk Safety Management System yang merupakan
salah satu program safety yang harus dilaksanakan oleh serluruh
operator penerbangan di seluruh dunia sesuai instruksi Organisasi
Penerbangan Sipil (International Civil Aviation Organization/ICAO) melalui
Document 8959 sejak 1 Januari 2009 , program SMS ini telah disosialisasikan
kepada seluruh karyawan Lion Air yang bertugas di kantor pusat dan di daerah
tempat kegiatan operasional Lion Air.
2. Bagaiamana
kepuasan kerja karyawan lion air dengan budaya yang ada
Karyawan Lion Air sangatlah banyak
berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Penyeleksian karyawannyapun
sangat ketat. Tidak sembarangan orang yang dapat menjadi karyawan di Lion Air.
Hanya orang-orang yang mempunyai kriteria yang diinginkan Lion Air saja yang
dapat menjadi karyawannya. Tentunya orang-orang yang menjadi karyawan di Lion
Air sudah mempertimbangkan baik buruk bekerja di Lion Air.
Pelayanan Lion Air kepada
karyawannya sangatlah bagus. Saya mengambil contoh dari gaji. Karena gaji ini
berhubungan dengan uang yang menjadi salah satu kebutuhan manusia. Gaji pada
Lion Air bisa dikatakan tinggi. Ketetapan gaji pegawai Lion Air tahun 2007-2010
sebagai berikut.
IT staff
(outsource syeidaselaras)- Rp 1.420.000-(all in) 2007-2010
LG Electronics (S1 0-2 yrs experience – supervisor level) >> gaji + tunjangan makan + transpor + lemburan average = 3,7-4,2 juta/bln (bisa lebih klo di marketing soalnya ada tunjangan pulsa ato di R&D ada tunjangan keahlian)
-lembur diatas jam 7 malem dpt uang makan 11ribu
-lembur diatas jam 9 malem dpt voucher taksi ato dianter mobil operasional
-lembur di sabtu/minggu = 300rb
LG Electronics (S1 0-2 yrs experience – supervisor level) >> gaji + tunjangan makan + transpor + lemburan average = 3,7-4,2 juta/bln (bisa lebih klo di marketing soalnya ada tunjangan pulsa ato di R&D ada tunjangan keahlian)
-lembur diatas jam 7 malem dpt uang makan 11ribu
-lembur diatas jam 9 malem dpt voucher taksi ato dianter mobil operasional
-lembur di sabtu/minggu = 300rb
Ini merupakan salah satu pendorong
kepuasan karyawan terhadap kerja. faktor gaji sangat menentukan. Mengapa saya
bilang begitu? Karena kebutuhan manusia dengan uang tidak dapat dimungkiri.
Selain gaji budaya kerja Lion Air
sangat bagus seperti yang saya paparkan di atas bahwa setiap karyawan mempunyai
keleluasaan dan dapat berhubungan nyaman dengan karyawan lain. Ini adalah
faktor kepuasan kerja yang tersendiri. Tidak dapat diukur dengan uang.
Terkadang orang rela mendapatkan gaji yang sedikit di suatu perusahaan asalkan
dia tenang di dalamnya. Sebenarnya faktor yang harus dihidupkan oleh perusahaan
jasa adalah yang seperti itu. Perusahaan bisa saja menggaji karyawannya lebih
rendah dari pada perusahaan lain dengan kerja yang sama asalkan karyawannya
sudah mendapatkan kepuasan rohaninya. Maksudnya karyawan tersebut merasa nyaman
berada dalam perusahaan kita.
Faktor lain dalam kepuasan karyawan
adalah karyawan tersebut merasa dianggap oleh atasan atasannya. Seperti yang
dicontohkan Lion Air. Atasan selalu meminta tanggapan kepada bawahannya.
Sehingga bawahannya merasa senang ditanya karena merasa dianggap oleh atasannya.
Semua faktor yang saya sebutkan di
atas sudah dirasakan seorang karyawan Lion Air. Informasi ini saya dapat dari
internet. Dia seorang Super visor pada Lion Air. Namanya adalah Pak Dedi. Dia
bekerja pada Lion Air yang berada di bandara Soekarno Hatta Jakarta. Dia
mengatakan bahwa gaji yang diperoleh sudah lumayan besar. Artinya gaji yang
didapat sudah cukup mencukupi kebutuhan dia dan keluarganya. Selain itu yang
membuat dia bertahan pada Lion Air ini adalah rekan kerjanya. Saat berhubungan
denga kerabat kerjanya itu sangat leluasa tanpa ada rasa takut dimarahi atasan
saat ngobrol pada jam kerja. Jadi asalkan tugasnya dijalankan dengan baik itu
tidak akan ada masalah bagi atasannya.
BAB IV
Kesimpulan
Setiap organisasi mempunyai budaya
yang berbeda-beda. Tidak aka nada dua organisasi yang mempunyai budaya yang
sama persis. Ini biasanya sangat berpengaruh pada siapa pendirinya. Contohnya
organisasi yang sedang saya bahas, yaitu Lion Air. Kerena pendirinya adalah
orang yang mempunyai keinginan yang besar maka dia menerapkan kepada diri
karyawannya seperti apa yang dia harapkan. Itupun berhasil dan Lion Air
sekarang menjadi sebuah organisasi atau perusahaan yang besar.
Budaya organisasi yang ada pada Lion
Air adalah bagaimana melayani pelanggan atau penumpang dengan baik. Itu semua
harus dilakukan oleh pemimpin dan karyawannya. Tidak hanya buat pelanggan,
Pemimpinnya juga berusaha untuk memakmurkan semua karyawannya dengan cara salah
satunya membuat semua karyawan Lion Air menjadi teman, bukan sekedar rekan
kerja. Dalam gaji Lion Air juga menetapkan standar yang lumayan tinggi.
Karyawan Lion Air secara umum puas
dengan semua yang diberikan oleh Lion Air kepada mereka, meskipun ada beberapa
yang masih kurang merasa puas pada Lion Air, itu sudah menjadi hal manusiawi.
Saran
Saran saya bagi perusahaan yang
masih merasa kurang dalam pelayanan baik kepada konsumen ataupun kepada
karyawan dapat mengambil hal-hal yang positif dari Lion Air. Bahkan mungkin lebih
baik dari Lion Air.
Bagi Lion Air semoga dapat
mempertahankan pelayanan seperti sekarang bahkan lebih ditingkatkan lagi.
0 komentar:
Posting Komentar