Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla yang
senantiasa memberikan banyak kenikmatan, sehingga tidak terhitung nilai
dan jumlahnya. Nikmat tersebut dicurahkan siang dan malam kepada kita.
Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk hamba-hambaNya yang
senang bersyukur kepadaNya. Yaitu dengan meningkatkan taqwa dan taqarrub
kepadaNya.
Dengan dekatnya bulan Ramadhan, kami ingin mengingatkan diri kami
sendiri, dan juga kepada kaum Muslimin, bahwa pada bulan yang penuh
barakah ini mengandung tiga jenis ibadah yang agung, yaitu zakat, puasa
dan tarawih.
Tentang zakat, alhamdulillah banyak kaum Muslimin yang melaksanakannya
pada bulan ini. Syari’at zakat merupakan bagian dari ibadah. Juga
merupakan salah satu kewajiban dalam Islam. Dengan menunaikan zakat,
berarti kita telah bertaqarrub, mendekatkan diri kepada Allah, dan telah
melaksanakan salah satu rukun Islam. Zakat yang dikeluarkan itu,
bukanlah beban yang akan menyebabkan kita miskin, sebagaimana
kekhawatiran yang dibisikkan setan kepada orang yang lemah imannya.
Tetapi, justru membayar zakat akan menambah harta seseorang. Allah Azza
wa Jalla berfirman:
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَاءِ ۖ
وَاللَّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ
عَلِيمٌ
Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan
menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan
untukmu ampunan daripadaNya dan karunia. Dan Allah Maha Luas
(karuniaNya) lagi Maha Mengetahui. [al Baqarah/2 : 268]
مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّائَةُ
حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai: seratus biji.
Allah melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan
Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui. [al Baqarah/2 : 261].
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ
اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ
أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِن لَّمْ يُصِبْهَا
وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari
keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun
yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka
kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak
menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat
apa yang kamu perbuat. [al Baqarah/2 : 265].
Dalam membayarkan zakat, hendaklah kita tunaikan dengan penuh amanah.
Kita keluarkan zakat dari benda-benda yang wajib dizakati, sedikit atau
banyak. Kita hitung dengan teliti. Sehingga barang yang sudah wajib
dizakati, sedikit pun tidak terabaikan. Karena tujuan menunaikan zakat
adalah untuk membebaskan diri dari tanggungan kewajiban, dan
menyelamatkan diri dari ancaman yang amat dahsyat. Allah Azza wa Jalla
berfirman :
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِن
فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَّهُم ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ
مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah
berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu
baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka.
Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di
hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit
dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Ali Imran/3 :
180]
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
يَوْمَ يُحْمَىٰ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَىٰ بِهَا
جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ ۖ هَٰذَا مَا كَنَزْتُمْ
لِأَنفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنتُمْ تَكْنِزُونَ
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas
perak itu di dalam neraka Jahannam, lalu dibakarnya dahi mereka,
lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah
harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,maka rasakanlah
sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan”. [at Taubah/9 : 34-35].
Tentang ayat yang pertama, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ
مَالُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيبَتَانِ ثُمَّ
يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ يَعْنِي بِشِدْقَيْهِ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا
مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ
Orang yang dianugerahi harta oleh Allah Azza wa Jalla, kemudian dia
tidak menunaikan zakatnya, maka pada hari Kiamat harta itu dijelmakan ke
wujud seekor ular yang sangat berbisa, memiliki dua lidah lalu dia
menerkam dengan dua rahangnya seraya berkata : “Aku adalah hartamu, aku
adalah simpananmu”.
Sedangkan tentang ayat kedua, telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ لَا يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا
إِلَّا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ
نَارٍ فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ
وَجَبِينُهُ وَظَهْرُهُ كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ فِي يَوْمٍ كَانَ
مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ
فَيَرَى سَبِيلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ
Tidak ada seorang pun pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan
zakatnya, kecuali nanti pada hari Kiamat dia akan dibuatkan
lempengan-lempengan dari api, kemudian dipanaskah di atas api. Lempengan
itu digunakan untuk menyetrika bagian samping tubuh, kening dan
punggungnya. Tatkala lempengan itu mulai mendingin, akan dikembalikan
(untuk dipanaskan lagi). (Kejadian ini) berlangsung selama lima puluh
ribu tahun, sampai semua hamba selesai diadili. Lalu dia akan melihat
jalan, mungkin ke surga atau mungkin ke neraka.
Setelah menyimak nash-nash di atas, semestinya kita takut dengan
ancaman-ancaman tersebut. Tunaikanlah zakat dengan penuh amanah, dan
berikanlah kepada yang berhak menerimanya, tidak asal mengerjakan. Harta
zakat jangan digunakan untuk kepentingan yang lain. Kita berharap,
semoga zakat yang kita bayarkan diterima Allah Azza wa Jalla.
Adapun jenis ibadah kedua yang ada pada bulan ini, yaitu puasa
Ramadhan. Ibadah ini, juga merupakan salah satu rukun Islam. Manfaat
puasa telah dijelaskan oleh Allah k dalam al Qur`an surat al Baqarah/2
ayat 183, yaitu agar kita menjadi orang yang bertaqwa.
Itulah hakikat tujuan puasa, yaitu agar kita menjadi orang yang
bertaqwa kepada Allah Azza wa Jalla. Yakni dengan menjalankan
perintah-perintahNya dan menjauhi laranganNya. Maka seorang muslim
semestinya melaksanakan yang telah menjadi kewajibannya. Dalam
menjalankan puasa, seorang muslim juga dituntut untuk menjauhi hal-hal
yang diharamkan , seperti berkata dusta, ghibah (menggunjing) dan
lainnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh pada puasanya. [HR Bukhari-Muslim].
Hadits ini menunjukkan, orang yang berpuasa, sangat ditekankan untuk
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diharamkan ini. Mengapa? Karena
sangat berpengaruh terhadap puasa yang sedang dijalankan.
Namun amat disesalkan, banyak kaum Muslimin, ketika menjalankan
ibadah puasa pada bulan ini, keadaannya tidak berbeda antara saat
berpuasa dan tidak puasa. Ada di antaranya yang tetap saja menganggap
remeh kewajiban-kewajiban, atau tetap saja melakukan perbuatan-perbuatan
yang diharamkan. Sungguh sangat disesalkan. Seorang mu’min yang
berakal, ia tidak akan menjadikan hari-hari puasanya sama dengan
hari-hari yang lain. Pada saat berpuasa, ia akan lebih bertaqwa kepada
Allah, dan lebih bersemangat menjalankan perintah.
Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk orang-orang
menjalankan ibadah puasa dengan benar, dan semoga puasa yang kita
lakukan diterima Allah Azza wa Jalla.
Jenis ibadah yang ketiga dalam bulan Ramadhan, yaitu ibadah shalat
tarawih. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mengajurkan
ibadah ini. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan dalam
sabdanya :
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Orang yang melaksanakan qiyam ramadhan (tarawih) karena iman dan
ingin mendapatkan balasan, maka dia akan diampuni dari dosanya. (HR
Bukhari-Muslim).
Qiyam Ramadhan ini juga mencakup shalat-shalat sunat pada malam-malam
Ramadhan dan shalat tarawih. Oleh karena itu, seharusnya kita
memperhatikan dan senantiasa menjaganya. Kita laksanakan dengan penuh
antusias bersama imam, dan tidak meninggalkan imam. Demikian ini karena
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
Barangsiapa shalat bersama imam sampai imam itu selesai, maka dituliskan baginya shalat satu malam.
Adapun kepada para imam yang menjadi imam dalam shalat terawih,
hendaknya bertaqwa kepada Allah k dalam menjalankannya. Seorang imam
hendaklah tetap menjaga thuma’ninah dan dengan perlahan-perlahan,
sehingga para ma’mum memiliki kesempatan untuk menjalankan hal-hal yang
diwajibkan atau disunatkan, sesuai dengan kemampuannya.
Sungguh, pada masa sekarang ini, kita melihat fenomena yang amat
menyedihkan. Ada di antara para imam yang melaksanakan shalat tarawih
secara cepat, sehingga meninggalkan thuma’ninah. Padahal, thuma’ninah
merupakan salah satu rukun shalat. Pelaksanaan ibadah shalat yang tidak
memperhatikan thuma’ninah adalah haram. Hal ini disebabkan : Pertama,
karena ia meninggalkan thuma’ninah. Kedua, meskipun tidak sampai
meninggalkan thuma’ninah, akan tetapi perbuatan imam tersebut telah
menyebabkan orang-orang yang ma’mum kepadanya merasa kelelahan, dan
tidak bisa melaksanakan yang seharusnya mereka lakukan. Dan perlu
diketahui, orang yang menjadi imam dalam shalat, tidaklah sama dengan
shalat sendirian. Seorang imam wajib memperhatikan para ma’mumnya,
menunaikan amanah yang ada di pundaknya, serta melaksanakan shalat
sebagaimana mestinya.
Para ulama menyebutkan, seorang imam dimakruhkan untuk mempercepat
shalat, sehingga menyebabkan ma’mum tidak bisa melaksanakan hal-hal yang
disunatkan. Lalu bagaimana kalau sang imam mempercepat shalatnya,
sehingga para ma’mum tidak bisa melaksanakan hal-hal yang diwajibkan?
Terakhir, kami nasihatkan kepada diri kami sendiri, juga kepada kaum
Muslimin, hendaklah kita bertaubat dan kembali ke jalan Allah Azza wa
Jalla, melaksanakan ketaatan-ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
sesuai dengan kemampuan, baik pada bulan Ramadhan maupun di luar
Ramadhan.
(Diangkat dari Ahkamus Shiyam)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 068/Tahun X/1427/2006M
WELCOME TO CANDRA PRATAMA JIHAN BLOG
Selamat membaca isi dari bloger ini.Mungkin ada yang bermanfaat di dalam bloger ini...
.......GOOD LUCK......
.......GOOD LUCK......
Rabu, 01 Agustus 2012
IBADAH YANG PENTING DALAM BULAN RAMADHAN
Diposting oleh Unknown di 02.40
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Total Tayangan Halaman
Supported
Daftar Blog Saya
Entri Populer
-
HOTELPONDOK BENOWO INDAH Jalan PBI Benowo SURABAYA We are a growing company, currently need a person as a secretary. Requiremen...
-
TUGAS MAKALAH BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN INVESTASI OBLIGASI DAN REKSADANA Disusun Oleh: NAMA: JIHAN CANDRA PRATAMA NIM:...
-
JADWAL PERSEBAYA 1927 IPL PEKAN 1, Minggu (24/2) - Persebaya vs Bontang FC PEKAN 2, Sabtu (2/3) - PSIR vs Persebaya PEKAN 3, Rabu (6/3...
-
BANYAK yang bilang kalau supporter adalah pemain ke-12 dalam suatu tim Sepak bola. Hal ini memang bukan tanpa alasan, karena supporter ...
-
Semakin serius untuk mengembangkan kemampuan kendaraannya, datang ke bengkel udah ada sakelar On-Off di handle bar setang motornya, apaan ...
-
BAB I Standar Kompetensi : Kemampuan menganalisis hakikat bangsa dan negara serta menentukan sikap positif terhadap Negara Kesat...
-
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebuah organisasi mempunyai budaya masing-masing. Ini menjadi salah satu pembeda antara s...
-
Di temukan kerangka manusia “jaman dulu” yang memiliki ukuran yang sangat besar, apakah ini yang disebut dengan raksasa?. kira-kira kerangk...
-
AKUNTANSI DAN MANAJEMEN Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan penyiapan laporan keuangan untuk pihak ...
-
Antisipasi menyebarnya serangga tomcat ke beberapa wilayah di Sidoarjo para warga mulai memasang alat electronic untuk pengusir serangga. ...
1 komentar:
A titanium wire is used to transform a model of a bicycle
The new titanium anodizing design uses a graphite element called samsung galaxy watch 3 titanium graphite to create an titanium exhaust wrap ultra-flexible This edge titanium alloy is called the titanium wire. micro touch hair trimmer
Posting Komentar