WELCOME TO CANDRA PRATAMA JIHAN BLOG

Selamat membaca isi dari bloger ini.Mungkin ada yang bermanfaat di dalam bloger ini...

.......GOOD LUCK......

Rabu, 21 Maret 2012

Serangga Tomcat dan Cara Mengatasi Racunnya

Serangan Serangga Tomcat Rambah 9 Kecamatan di SurabayaSerangga yang disebut serangga tomcat menyerang warga apartemen di Surabaya. Serangga ini juga dilaporkan menyerang kawasan Kenjeran dan Wonorejo.
Pakar serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Hari Sutrisno, mengatakan, "Serangga Tomcat sebenarnya adalah serangga genus Paederus."
Serangga tersebut adalah kumbang memiliki ukuran relatif kecil, sekitar 1 cm sehingga kadang tidak dikenali. Keunikan serangga ini adalah bagian sayap yang tak menutupi seluruh abdomen.
"Ada 12 jenis serangga jenis ini. Namun yang paling banyak di sini adalah Paederus fasciatus. Jadi kemungkinan yang di Surabaya adalah jenis ini," jelas Hari.
Hari mengatakan, serangga ini memiliki habitat di persawahan, hutan maupun taman kota. Biasanya, serangga ini memakan telur serangga lain pemakan daun.
Sebutan serangga ini sedikit kurang tepat sebab sebenarnya tomcat adalah nama pestisida. Di beberapa daerah, serangga ini sering disebut semut kanai atau semut kayap.
Hari saat dihubungi Senin (19/3/2012) mengungkapkan bahwa serangga Paederus biasanya menyerang untuk mempertahankan diri. Serangga ini bisa menyerang apapun yang dianggap menggangggu.
Namun demikian, Hari mengatakan, "Serangan pada manusia sebenarnya bukan tujuan. Hanya mungkin ada aktivitas manusia yang mengganggu serangga ini."
Aktivitas yang mengganggu antara lain saat serangga akan masuk ke rumah dan terhalang tirai, manusia membuka tirai tersebut sehingga kumbang ini terbang dan menyerang.
Ciri khas Paederus adalah kemampuan memproduksi toksin yang disebut paederin. Saat menyerang, serangga akan mengeluarkan toksin ini, persis seperti ular yang mengeluarkan bisa.
Toksin tersebut yang dikatakan bisa berdampak buruk bagi manusia. Akibat jika terserang serangga ini adalah dermatitis, dimana kulit melepuh seperti mengalami luka bakar dan mengeluarkan cairan.
"Jika kena serangga ini, maka kita harus cuci dengan air sabun agar menetralisir racun. Lalu bisa juga memakai Kalium permanganat atau salep untuk mengobati," terang Hari.
Dikatakan bahwa racun serangga ini konsentrasinya 12 kali lebih besar dari bisa kobra. Namun demikian, Hari mengatakan bahwa racun serangga ini tak mematikan.
Menurut Hari, kumbang Paederus sebenarnya serangga yang menguntungkan bagi petani karena mampu membasmi wereng. Karenanya, serangga ini cukup dicegah kehadirannya, tak perlu dibasmi dengan pestisida kimia.
Hari menghimbau masyarakat agar tidak panik. Serangan serangga ini sebenarnya sudah biasa dialami. hany perlu langkah tepat saat terkena serangannya.

Jangan Pencet Tomcat Saat Digigit

Tomcat sedang menjadi buah bibir karena menyerang manusia di sejumlah tempat. Hewan ini merupakan jenis serangga atau kumbang rove yang biasa disebut semut semai atau semut kayap.

Serangga ini merupakan kelompok serangga pertanian sebagai predator dari hama pertanian seperti wereng dan lain-lain. Efeknya, kulit manusia yang terkena racun tomcat akan terasa panas, melepuh dan membekaskan luka-luka merah. Kementerian Kesehatan pun telah merilis pola-pola pengobatan dari bahaya racun serangga tomcat.
"Tata laksana sebagaimana pengobatan dermatitis contact irritant. Jika ada menemukan serangga ini, jangan dipencet agar racun tidak mengenai kulit. Lalu, masukkan serangga tersebut ke plastik dengan hati-hati, terus buang ke tempat yang aman," kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, Prof dr Tjandra Yoga Aditama dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Selasa (20/3).
Tjandra menyarankan bila seseorang terkena racun tomcat harus segera dicuci dengan air mengalir dan sabun pada kulit yang bersentuhan dengan serangga ini. "Pastikan serangga ini tidak ada lagi, untuk mencegah pertambahan lesi di kulit. Kompres kulit dengan cairan antiseptik dingin bila sudah timbul lesi seperti luka bakar. Bila berlanjut sebaiknya berobat ke fasilitas kesehatan terdekat," paparnya.
Ada 622 spesies yang menyebar di seluruh dunia. Spesies di Indonesia yang menyebabkan dermatitis adalah paederus peregrines. Pernah dilaporkan menimbulkan wabah dermatitis di Australia, Malaysia, Srilangka, Nigeria, Kenya, Iran, Afrika Tengah, Uganda, Argentina, Brazil, Perancis, Venezuela, Ecuador dan India.
Habitat lingkungan adalah berupa tambak liar dan ada sedikit semak-semak. sebenarnya serangga tersebut bersifat kosmopolitan, artinya berada dimana-mana dan suka daerah yang lembab, bisa di lantai tanah maupun lantai keramik juga bisa.Tempat yang disukai yakni tempat yang lembab dan tanaman, seperti padi dan jagung. Merupakan salah satu predator wereng
Penyakit yang ditimbulkan pada manusia akibat serangan racun serangga tomcat tersebut yakni Dermatitis Contact Irritant. Hal itu diakibatkan racun paederin (C25 H45O9N) yang ada di dalam badan, kecuali disayap. Dermatitis terjadi bila bersentuhan secara langsung dengan serangga atau secara tidak langsung, misalnya melalui handuk, baju atau barang lain yang tercemar racun paederin.
Kulit yang terkena biasanya daerah kulit yang terbuka, dalam waktu singkat akan terasa panas. Setelah 24-48 jam akan muncul gelembung pada kulit dengan sekitar berwarna merah yang menyerupai lesi akibat terkena air panas atau luka bakar, Pada kasus yang jarang tidak menimbulkan gejala kulit yang berarti, selain itu perlu dipastikan bahwa tidak ada riwayat terkena bahan kimia atau luka bakar.
Berikut adalah Ciri-ciri dari Serangga Tomcat tersebut:
 
- Panjang sekitar 1 cm
- Badan berwarna oranye dengan bagian bawah abdomen dan kepala berwarna gelap.
- Memiliki sepasang sayap namun tersembunyi
- Sepintas mirip semut
- Bila merasa terancam akan menaikkan bagian perut (abdomen) sehingga nampak seperti kalajengking

Redupkan Lampu Cara Menghindari Serangan Tomcat

Pakar serangga dari Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Aunu Rauf mengungkapkan untuk terhindar dari gangguan tomcat dapat dilakukan dengan mengurangi penerangan dan menutup rapat jendela serta pintu rumah.

"Karena kumbang ini tertarik cahaya lampu, mematikan lampu atau meredupkan lampu akan mengurangi berdatangannya kumbang ini ke rumah kita," kata Aunu saat ditemui di rumahnya di Bogor, Selasa.
Aunu menjelaskan, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan kumbang yang memiliki nama ilmiah Paederus fuscipes, yakni dengan menutup pintu dan jendela dengan rapat-rapat agar kumbang tomcat tidak masuk ke rumah.
"Hindari duduk atau ngobrol di bawah lampu yang di atasnya banyak didatangi kumbang tomcat," katanya.
Selanjutnya, jika ada kumbang tomcat menempel pada tubuh atau pada pakaian yang sedang dipakai, jangan sekali-kali memegangnya atau membunuhnya.
"Usir kumbang tadi secara hati-hati dengan cara meniupnya atau mengusirnya dengan potongan kertas," kata Aunu.
Apabila secara tidak sengaja kumbang ini terpijit dan cairannya menempel pada kulit, segera bilas dengan air sabun beberapa kali. Begitu pula bila cairan kumbang ini menempel pada baju atau seprei agar segera dicuci.
Menurut Aunu, umumnya gejala muncul 24 jam setelah kulit terkena cairan tubuh kumbang. Bila gejalanya parah segera pergi ke dokter untuk berobat.
Aunu menjelaskan, binatang yang disebut tomcat merupakan hewan sejenis kumbang dengan nama ilmiah Paederus fuscipes.
Kumbang ini termasuk dalam Ordo Orthoptera dan Famili Staphylinidae. Dalam bahasa Inggrisnya disebut "rove beetle" atau kumbang penjelajah atau pengelana karena selalu aktif berjalan-jalan.
"Masyarakat menyebutnya tomcat, mungkin karena bentuknya sepintas seperti pesawat tempur Tomcat F-14," ujarnya.

Spesifikasi

Secara spesifikasi, tubuh kumbang ini ramping dan pada saat berjalan bagian belakang tubuhnya melengkung ke atas. Kumbang berukuran panjang 7 sampai 10 mm dan lebar 0,5 hingga 1,0 mm.
Bagian kepala hewan ini berwarna hitam, sayap berwarna biru kehitaman dan hanya menutupi bagian depan tubuh. Bagian toraks dan abdomen berwarna orange atau merah.

"Warna orange atau merah ini diduga sebagai sinyal bagi musuh-musuhnya (misalnya laba-laba) bahwa kumbang ini beracun dan harus dihindari," jelasnya.
Aunu menjelaskan, kumbang Paederus fuscipes berkembang biak di dalam tanah di tempat-tempat yang lembab, seperti di galengan sawah, tepi sungai, daerah berawa dan hutan.
Telurnya diletakkan di dalam tanah, begitu pula larva dan pupanya hidup dalam tanah. Setelah dewasa (menjadi kumbang) barulah serangga ini keluar dari dalam tanah dan hidup pada tajuk tanaman.
"Siklus hidup kumbang dari sejak telur diletakan hingga menjadi kumbang dewasa sekitar 18 hari, dengan perincian stadium telur 4 hari, larva 9 hari dan pupa 5 hari," katanya.
Aunu mengatakan, kumbang dapat hidup hingga 3 bulan. Seekor kumbang betina dapat meletakan telur sebanyak 100 butir telur.
Kumbang Paederus fuscipes tergolong serangga predator yang makan pada serangga lain. Kumbang ini banyak dijumpai di sawah dan merupakan musuh alami dari hama-hama padi.
"Dalam siklus hidupnya, kumbang tomcat ini pada siang hari aktif berjalan cepat menyusuri rumpun padi untuk mencari mangsanya yang berupa hama-hama padi, termasuk hama wereng cokelat," katanya.
Sebetulnya, kumbang tomcat ini adalah serangga yang bermanfaat bagi petani karena membantu mengendalikan hama-hama padi. Kumbang tomcat juga bisa ditemukan di pertanaman kedelai, jagung, kapas, tebu dan sejenisnya.
Pada malam hari kumbang Paederus fuscipes aktif terbang dan tertarik pada cahaya lampu. Inilah sebetulnya yang sekarang terjadi di komplek apartemen di Surabaya.



Kemungkinan

Menurut Aunu, ada beberapa kemungkinan yang bisa menjelaskan terjadinya ledakan (outbreak) kumbang tomcat ini di antaranya terjadi peningkatan populasi kumbang tomcat menjelang berakhirnya musim hujan (sebelumnya masih dalam stadia larva dan pupa).
Pada saat yang bersamaan tejadi kegiatan panen sehingga kumbang tomcat beterbangan dan bergerak menuju ke tempat datangnya sumber cahaya di permukiman.
"Kemungkinan permukiman dibangun di wilayah tempat perkembangbiakan kumbang tomcat, misalnya, di dekat persawahan atau di pinggiran dekat hutan yang lembab atau tempat berawa," ujarnya.
Pada kondisi ini, lanjut Aunu, kumbang pada malam hari akan berdatangan ke perumahan karena tertarik cahaya lampu.
Kumbang tomcat tidak menggigit atau menyengat. Tapi kumbang tomcat kalau terganggu atau secara tidak sengaja terpijit akan mengeluarkan cairan yang bila kena kulit akan menyebabkan gejala memerah dan melepuh seperti terbakar (dermatitis).
Karena itu, gejala ini populer disebut Paederus dermatitis. Gejala ini mumcul akibat cairan tubuh kumbang tadi mengandung zat yang disebut pederin yang bersifat racun.
"Ada yang menyebutkan bahwa pederin ini 15 kali lebih beracun daripada bisa kobra," katanya.
Aunu mengatakan, belakangan diketahui bahwa produksi pederin dalam tubuh kumbang tergantung pada keberadaan bakteri Pseudomonas sp yang bersimbiosis dalam tubuh kumbang betina. Pederin bersirkulasi dalam darah kumbang sehingga dapat terbawa sampai ke keturunannya (telur, larva, pupa dan kumbang).

Namun demikian, kumbang betina yang mengandung bakteri akan menghasilkan pederin yang lebih banyak dibandingkan kumbang yang dalam tubuhnya tidak ada bakteri simbion.
Aunu menambahkan, kumbang ini jangan dimusnahkan karena bermanfaat bagi petani. Penyemprotan di rumah juga tidak perlu dilakukan karena lebih berisiko terhadap kesehatan penghuninya.
Peristiwa "outbreak" kumbang tomcat seperti terjadi di Surabaya, pernah pula dilaporkan terjadi di negara lain, seperti di Okinawa-Jepang (1966), Iran (2001), Sri Lanka (2002), Pulau Pinang- Malaysia (2004 dan 2007), India Selatan (2007) dan Iraq (2008).
"Halaulah kumbang ini agar menjauh dari rumah dengan mematikan lampu atau memungutnya secara hati-hati dengan kantong kertas dan lepaskan ke habitatnya (sawah atau tempat lembab lainnya),"

 


 

0 komentar:

Total Tayangan Halaman

Template by : kendhin x-template.blogspot.com